PROPOSAL SKRIPSI: PENDIDIKAN PRANATAL DLAM ISLAM


PENDIDIKAN PRANATAL DALAM
PERSPEKTIF ISLAM

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka untuk membentuk karakter anak yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia serta berketrampilan, tentunya harus dipersiapkan sejak dini. Baik persiapan sejak memilih jodoh yang cerdas dan berakhlak mulia, bagaimana cara bersenggama yang baik antara suami-istri, cara bergaul Islami, cara memilih makanan dan bagaimana perilaku orang tua ketika istri sedang mengandung. Karena hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap bayi atau anak yang akan dilahirkannya kelak.
Imam Al-Ghazali pun menjelaskan dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin" bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memilih jodoh yang baik dan berakhlak Islami, kemudian untuk menggauli istrinya dengan baik, sebab akan berpengaruh juga terhadap anaknya yang akan dilahirkan kelak. Bahkan dijelaskan pula adab jima' (bersenggama) agar dengan cara yang baik, misalnya nabi melarang kita untuk melakukan jima' tiga hari dalam sebulan, yaitu awal bulan, akhir bulan dan pertengahan bulan. Sebab, menurut riwayat bahwa setan mendatangi orang yang sedang jima' pada malam-malam tersebut, dan dikatakan bahwa setan ikut mengumpuli orang yang sedang jima' tersebut. Larangan ini pernah dilakukan sebagai peringatan Rasul kepada Ali, Mu'awiyah dan Abi Hurairah ra. (Murtadho, t.th : 175)
Adapun masa mendidik anak, menurut ajaran Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) masa persiapan mendidik, dan (2) masa aktif mendidik. Masa persiapan mendidik dimulai sejak pemilihan jodoh. (Baihaqi, 2002 : 11) Sedangkan masa aktif mendidik anak dimulai sejak istri diketahui sudah positif mengandung.
Menurut ajaran Islam, persiapan mendidik anak dimulai sejak pemilihan jodoh, yaitu pemilihan istri atau suami. Ajaran tentang pemilihan istri atau suami terdapat dalam banyak hadits. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, yang berisi tentang anjuran untuk memilih istri karena keberagamaannya, kecantikannya, keturunannya, serta kekayaannya. Begitupula sebaliknya, Hadits riwayat At-Tirmidzi, yang menjelaskan bahwa syarat yang paling menentukan bagi pemilihan suami itu adalah keberagamaannya, keberibadatannya, dan kemuliaan akhlaknya; bukan kegantengan, kemuliaan keturunan, ataupun kekayaannya. (Sabbagh, 1995 : 13-17) Bahkan bukan hanya itu, setelah memilih jodoh dengan tepat, Islam mengatur bagaimana pelaksanaan acara akad nikahnya dan setelah akad diajarkan pula tentang cara-cara saat bersetubuh antara suami istri.
Apabila diketahui istri mengandung, maka pendidikan anak harus sudah mulai secara aktif melalui ibunya. Sebab secara fitrah, Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa kehadiran tuhan dalam diri setiap insan, dan bahwa hal tersebut merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak asal kejadiannnya.
Demikian difahami dari firman Allah dalam surat Al-Rum/30 : 30) adapun dalil lain yang menunnjukkan perlunya pendidikan prenatal bagi anak tersebut adalah surat Al-A'raf: 172, yang artinya sebagai berikut :
øŒÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJ­ƒÍhèŒ öNèdypkô­r&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengadakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (KeEsaan Tuhan)".(QS. Al-A'raf: 172).

Inilah dalil Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa anak pranatal sudah dididik. Karena, ia sendiri sudah hidup berkat nyawa yang memberi kehidupan kepadanya. Nyawa (ruh?) itulah yang sesungguhnya responsif, dengan mengikutsertakan janin yang ditempatinya, terhadap segala rangsangan dari lingkungannya lebih-lebih terhadap rangsangan-rangsangan yang disusun secara sistematik peadagogis yang dengan sengaja ditujukan kepadanya.
Setelah manusia diciptakan oleh Allah, maka tentunya Allah menciptakan manusia itu untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk itu Ia memerintahkan supaya manusia itu beribadat kepada-Nya.
Agar seorang anak menjadi taat beribadah dan menjalankan segala perintah Allah, maka pendidikan agama dalam keluarga bagi anak prenatal menjadi sangat urgens. Hal ini amat penting diperhatikan, karena pendidikan agama bagi anak prenatal akan mendasari pendidikan agama anak itu setelah lahir.
Perkembangan manusia sejak dalam kandungan sesungguhnya dalam Al-Qur'an sangatlah diperhatikan. Mulai perkembangan sejak janin (embrio) dalam perut ibunya, perkembangan setelah kelahiran (pasca natal), dan perkembangan indra anak.
Dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'minun: 12-14, dijelaskan sebagai berikut:
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ

"Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Sesungguhnya Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang Paling Baik". (QS. Al-Mukminun : 40). (Depag RI, 1992 : 527).

Dalam ayat tersebut di atas, Al-Qur'an secara rinci mengemukakan berbagai fase perkembangan janin dalam rahim, sejak permulaan kehamilan ketika salah satu sel sperma yang membuahi ovum sang ibu yang telah matang. Dan pembuahan itu terbentuklah apa yang disebut dengan benih, atau apa yang oleh Al-Qur'an disebut "nutfah" (air mani). Kemudian ovum yang  telah dibuahi menjadi banyak dengan cara pembelahan. Jumlah sel-selnya pun semakin bertambah. Namun pada dua minggu pertama, perubahan yang terjadi belum begitu terasa. Pada ketika itulah terbentuk apa yang oleh Al-Qur'an disebut sebagai "alaqah" (segumpal darah) (Notowidagdo, 1991 : 32). Sedangkan dalam (QS. Az-Zumar/39 : 6) disebutkan juga sebagai berikut : "…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan …" (QS. Az-Zumar/39 : 6).
Menurut para ahli tafsir klasik, tiga kegelapan yang dikemukakan Al-Qur'an di atas, ialah kegelapan perut, kegelapan rahim, kegelapan plasenta. Sedangkan menurut tafsir-tafsir modern, maksud tegas kegelapan tersebut ialah : ovarium, tuba fallopi, dan rahim.
Dari uraian fase perkembangan yang dikemukakan Al-Qur’an di atas, menunjukkan betapa Islam memperhatikan mengenai urgensi pendidikan prenatal. Sebab, sebagian besar proses pertumbuhan janin tersebut sangat bergantung pada kondisi internal sang ibu, yaitu kondisi fisik dan psikhisnya. Ibu dan janin/bakal anak itu merupakan satu unitas organics yang tunggal. Semua kebutuhan dari ibu dan bakal anak, dicukupi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi fisi dari ibu mengalir pula ke dalam jasad janinnya.
Unitas itu tidak hanya meliputi proses-proses kehidupan yang positif saja, akan tetapi juga menyangkut segi-segi destruktif. Tegasnya, kesejahteraan ibu, baik yang jasmaniah maupun yang rokhaniah, akan melimpahkan kesejahteraan bagi janinnya. Dan gangguan-gangguan pada diri ibu, baik yang bersifat fisik maupun psikhis (misalnya suatu penyakit yang parah atau gangguan emosional yang serius), akan mengganggu pula kondisi janinnya. Pengaruh prenatal terhadap tingkah laku sesudah dilahirkan ini memang sudah mendapat banyak perhatian para ahli psikologi perkembangan; banyak pula pendapat dan dugaan mengenai hal tersebut. Bahkan, menurut Agus Suyanto (ed) dalam buku Psikologi Kepribadian, mengatakan bahwa pendidikan keluarga sebagai peletak batu pertama pembentukan kepribadian anak (Suyanto, 1997: 8-10).
Kemudian, sebagaimana dikemukakan oleh Hasan Hafidz dkk, dalam Ushulut Tarbiyah wa Ilmu An-Nafs, mengemukakan bahwa anak akan melanjutkan pertumbuhannya sejak ia dilahirkan, maka ia akan berubah sejalan dengan pengaruh kebiasaan semua orang yang ada di sekelilingnya, baik dari segi jasmaninya, akalnya, keberadaannya, dan bahkan tingkah laku sosialnya. (Hafidz, 1956 : 55)
Dengan demikian, apabila pendidikan pranatal sesuai Islam telah dijalankan dengan baik, maka gilirannya untuk melanjutkan ketika anak sudah lahir, yaitu dengan perhatian, pemberian sarana belajar, dan bahkan keteladanan orang tua dalam segala hal. Diceritakan oleh Al-Iman Ali, dalam Tarbiyatul Banin, bahwa orang tua yang membenci anaknya, banyak maksiat, akan melawan apa yang ia perintahkan, dan apa yang ia harapkan kecuali hanya akan menyeleweng dari apa yang orang tua harapkan, dan apa yang dilarang untuk mengerjakannya justru akan didatangi dan dilakukan. Begitu pula sebaliknya, biasanya jika orang tua baik kepada anaknya maka anak juga akan ikut baik, jika orang tua bertambah kebaikannya anak pun selalu ikut hingga ia besar dan bahkan sampai tua kelask pun tidak akan berubah. (Ali, t.th : 10).

B.     Definisi Operasional
Untuk memperjelas dalam memahami skripsi yang berjudul Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak, maka perlu kiranya dijelaskan arti dan beberapa istilah pada judul sebagai berikut :
1. Pendidkkan
Pendidikan, (bahasa Arab) mengandung tiga arti, yaitu tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Tarbiyah sendiri mengandung empat (4) unsur yaitu Pertama, memelihara pertumbuhan. Kedua, mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka ragam (termasuk akal-budinya). Ketiga, mengarahkan fitra dan potensi manusia menuju kesempurnaannya. Keempat, melaksanakan secara bertahap dengan irama perkembangan anak. Sementara ta’lim dalam pengertian lain, lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan ketrampilan. Adapun arti ta’dib lebih tertuju pada penyempurnaan akhlaq (budi pekerti) (Ahmadi, 2001 : 14-15).
2. Prenatal
Prenatal, secara etimologi berasal dari kata pre yang berarti sebelum dan natal berarti lahir, jadi berarti sebelum melahirkan atau keadaan sebelum kelahiran (Echols dan Shadily, 1989 : 444). Apabila dihubungkan dengan kata pendidikan, maka pendidikan prenatal berarti pendidikan anak dalam kandungan, agar anak terdidik oleh orang tuanya sejak dalam kandungan.

3. Islam
Islam secara semantik, berasal dari kata salima, artinya menyerah, yaitu menyerah kepada Allah semata. Islam berarti salam; keselamatan, penyerahan atau albararah, kebebasan, suci dan kebahagiaan atau kesejahteraan (Asy’ari, 2002 : 5)

C.    Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsep pendidikan pranatal dalam perspektif Islam?
2.      Seberapa besar peran pendidikan pranatal, dalam perspektif Islam implikasinya terhadap pembentukan kepribadian anak?

D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan pranatal dalam perspektif Islam
b.      Untuk mengetahui seberapa besar peran pendidikan pranatal dalam perspektif Islam implikasinya terhadap pembentukan kepribadian anak
2. Manfaat Penelitian
a.       Bagi seluruh umat manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada khususnya, yang selama ini membutuhkan konsep pendidikan prenatal, yang dapat berakibat positif bagi kepribadian anak setelah lahir.
b.      Bermanfaat sebagai wacana dan bahkan implementasinya bagi Institusi Pendidikan Islam pada umumnya, dan di jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar.

E.     Telaah Pustaka

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka penulis berusaha dapat menemukan teori-teori, hasil penelitian dan penemuan-penemuan baik berupa buku maupun hasil penelitian yang lain. Berikut ini beberapa karya yang penulis dapatkan :
1.      Dr. Mansur, MA., dalam bukunya “Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan,. Dalam buku dideskripsikan mengenai prenatal dan urgensi pendidikan anak dalam kandungan. Yang meliputi pengertian, cara perawatan kandungan, tinjauan psikologi serta pendidikan prenatal menurut perspektif Islam. Selain itu, dijelaskan pula mengenai peran pendidikan sejak dalam kandungan bagi pengembangan kualitas anak, serta berbagai cara dan upaya, baik psikis maupun fisik dalam mendidik anak sejak dalam kandungan.
2.      F. Rene Van de Carr, M.D., dan Marc Lehrer, dalam buku “Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan”. Untuk membuktikan dan mendukung bahwa anak dalam kandungan dapat dididik, maka dapat dilihat dari hasil penelitian oleh F. Rene Van de Carr dan Marc Lehrer yang secara empiris dan ilmiah bisa dibuktikan bahwa.
a.       Bayi pralahir dapat belajar. Dikatakan : bahwa penelitian kami sendiri dan para ilmuan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukkan bahwa selama berada dalam rahim, bayi dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara terdang dan gelap. Pada saat kandungan berusia lima bulan (20 minggu), kemampuan bayi anda dapat memulai permainan-permainan belajar.

b.      Kita bisa berkomunikasi dengan bayi pralahri. Bahwa bayi pralahir Anda, ia mampu belajar memperhatikan suara Anda, (dan suami Anda, anak-anak lain, kakeknya, dan sebagainya), atau musik, sentuhan di perut Anda, perubahan dari terang menjadi gelap, dan bahkan emosi Anda. Kadang-kadang ia dapat menanggapinya dengan tendangan atau gerakan lain.

c.       Bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir  menjadi lebih ceras. Sebelum dilahirkan, adalah suatu hal yang biasa terjadi bahwa dalam perkembangan janin banyak sel otak yang mati. Stimulasi pralahir memberi otak suatu kesempatan untuk memanfaatkan sel-selnya sebelum kelahiran, artinya memberi bayi kapasitas total yang lebih besar dan suatu langkah maju yang nyata dalam kandungan.

d.      Stimulasi pralahir mempengaruhi pertumbuhan mental bayi. Penelitian kami (F. Rene Van de Carr, M.D dan Marc Lehrer) menunjukkan beberapa hal berikut ini pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir : 1) tamaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada usia sekitar lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga usia dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan mental bayi Anda, 2) Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi Anda dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan, 3) bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat mampu mengontrol gerakan-gerakan mereka dan lebih siap untuk menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah mereka dilahirkan, 4) Para orangtua yang telah berpartisipasil program Pendidikan pralahir menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada, dan bahagia.

e.       Bayi pralahir bisa mempelajari kata-kata utama dan latihan-latihan lain. Cara belajar bayi Anda jauh lebih mendasar. Ketika Anda mengajarkan kata-kata Utama  kepada bayi Anda, ia mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Misalnya, ketika Anda mengatakan “tepuk” bayi mendengar bunyi “t”, “e”, “p", ‘u”, dan “k”, sementara Anda menepuk  perut Anda. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi bayi Anda kesempatan untuk membentuk hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat pengenalan preverbal.

Komentar

  1. bagaimana hasil skripsinya?mudah-mudahan sesuai harapan dan cita-cita. matursuwun..saya nderek belajar tentang proposale bapak/ibu guru, ngge gambarane kulo ngerjakaken makalah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MTS DARUL ULUM NGALIYAN SEMARANG

PERMENAG RI NO.2 TH. 2008, TTG SKL-SI PAI DAN B.ARAB